Dua Kata, Hanya Kita
Kupu kupu. Apa yang terbesit dalam pikiranmu bila mendengar kata itu? Serangga bersayap paling indah dan mempesona. Atau lebih spesifiknya lagi serangga yang termasuk dalam kelas insecta , ordo Lepidoptera dengan berbagai family dan variasi jenisnya. Namun pengertian ini akan berubah seratus delapan puluh derajat jika kata ‘kupu-kupu’ ini dimasukkan dalam kategori kelompok mahasiswa. Kupu-kupu (KUliah-PUlang - KUliah-PUlang) dikenal sebagai istilah untuk mahasiswa yang pulangnya selalu lebih awal setelah jadwal kuliah usai. Sejenis mahasiswa yang dianggap paling cupu, ansos (anti sosial) karena tidak mengikuti apapun jenis organisasi dan ukm yang ada di kampus, bahkan dianggap sebagai makhluk yang paling tidak bisa menikmati hidup. Manusia boleh saja berpendapat, namun manusia mana yang lebih detail mengetahui tentang kehidupan manusia lainnya selain manusia itu sendiri.
***
“Aina,mau langsung balik?” panggil seorang temanku yang dijuluki
ratu kepo paling galau sejurusan. Sebab hingga di usianya yang telah mencapai angka 19 ini sama sekali belum
pernah merasakan apa yang dinamakan pacaran dan semua orang tahu itu dari akun
media sosialnya. “Ya.” Jawabku sambil menoleh dan memberikan senyum singkatku.
Tak perlu menunggu balasan senyuman balik darinya aku segera berbalik dan
menuruni tangga didepan gedung jurusan sambil bersenandung ria tanpa
mempedulikan apapun yang diperbincangkan segerombolan manusia yang selalu
merasa apapun yang dilakukannya adalah benar. “Mau hujan.” Pikirku sembari
menatap langit yang sudah mulai kelabu dan mempercepat langkah kaki.
***
Sosok itu mengenakan kemeja jeans biru polos dengan kaos
hitam bermotif nama band alternative rock dilengkapi dengan sepatu
abu-abu kece yang membuatnya semakin terlihat keren, dimataku. Sebuah senyuman manis terukir diwajahnya dengan
mata yang menatap padaku. Aku membalas senyuman itu. “ Langsung?” ujarnya. Aku
menjawab dengan satu anggukan mantap. Yap, dialah yang disebut dengan sebutan
“pacar” . Kisah kita tercipta sejak 4
tahun lalu sekaligus dengan pasti dapat
mewakili umur hubungan kita. Kugandeng tangannya dan kita melangkah menuju
satu-satunya bioskop di kota ini. Sama sepertinya, dia adalah satu-satunya
orang yang dapat aku percaya di tempat ini. Dia yang selalu menemaniku, selalu
ada disaat aku desperate menghadapi tugas dan laporan yang tak
pernah mati, selalu mengubah tangisanku
menjadi sebuah tawa yang bebas tanpa beban. Dia yang menjadi tempatku
mengadukan segala masalah yang kuhadapi selama berada di tempat menyebalkan
itu. Hanya dia dan hanya dia.
Sebenarnya aku menyadari arti penting dari organisasi bahkan
sosialisasi. Dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas aku memiliki
banyak teman dan sahabat. Bahkan sewaktu masih duduk di bangku sekolah menengah
pertama tak ada yang tidak mengenalku,seorang siswa yang gemar mengikuti
olympiade sains yang membuatku menjadi murid kesayangan guru mata pelajaran
eksakta dan telah menjadi juara umum di sekolah berturut –turut. Tapi entah mengapa
semenjak aku merantau ke negeri ini dan menimba ilmu dengan status sebagai
mahasiswi, aku mulai menjauhi itu semua. Tak tahu sebab pastinya, aku hanya
merasa kurang nyaman dengan lingkungan baruku, penghuninya, cara bergaul bahkan
candaan mereka yang menurutku sama sekali tidak lucu dan terdengar garing.
Sinis memang, tapi itu yang kurasakan.
***
to be continue..
No comments:
Post a Comment