Saturday, February 9, 2013

Dua Kata, Hanya Kita ( Part 1)

Dua Kata, Hanya Kita


Kupu kupu. Apa yang terbesit dalam pikiranmu  bila mendengar kata itu? Serangga bersayap paling  indah dan mempesona. Atau lebih spesifiknya lagi serangga yang termasuk dalam kelas insecta , ordo Lepidoptera dengan berbagai family dan variasi jenisnya. Namun pengertian ini akan berubah seratus delapan puluh derajat jika kata ‘kupu-kupu’ ini dimasukkan dalam kategori kelompok mahasiswa. Kupu-kupu (KUliah-PUlang - KUliah-PUlang) dikenal sebagai istilah  untuk mahasiswa yang pulangnya selalu lebih awal setelah jadwal kuliah usai. Sejenis mahasiswa yang dianggap paling cupu,  ansos (anti sosial) karena  tidak mengikuti apapun jenis organisasi dan ukm yang ada di kampus, bahkan dianggap sebagai makhluk yang paling tidak bisa menikmati hidup. Manusia boleh saja berpendapat, namun manusia mana yang lebih detail mengetahui tentang kehidupan manusia lainnya selain manusia itu sendiri.


***
“Aina,mau langsung balik?” panggil seorang temanku yang dijuluki ratu kepo paling galau sejurusan. Sebab hingga di usianya yang  telah mencapai angka 19 ini sama sekali belum pernah merasakan apa yang dinamakan pacaran dan semua orang tahu itu dari akun media sosialnya. “Ya.” Jawabku sambil menoleh dan memberikan senyum singkatku. Tak perlu menunggu balasan senyuman balik darinya aku segera berbalik dan menuruni tangga didepan gedung jurusan sambil bersenandung ria tanpa mempedulikan apapun yang diperbincangkan segerombolan manusia yang selalu merasa apapun yang dilakukannya adalah benar. “Mau hujan.” Pikirku sembari menatap langit yang sudah mulai kelabu dan mempercepat langkah kaki.

***
Sosok itu mengenakan kemeja jeans biru polos dengan kaos hitam bermotif nama band alternative rock dilengkapi dengan sepatu abu-abu kece yang membuatnya semakin terlihat keren, dimataku.  Sebuah senyuman manis terukir diwajahnya dengan mata yang menatap padaku. Aku membalas senyuman itu. “ Langsung?” ujarnya. Aku menjawab dengan satu anggukan mantap. Yap, dialah yang disebut dengan sebutan “pacar” . Kisah kita  tercipta sejak 4 tahun lalu sekaligus dengan pasti  dapat mewakili umur hubungan kita. Kugandeng tangannya dan kita melangkah menuju satu-satunya bioskop di kota ini. Sama sepertinya, dia adalah satu-satunya orang yang dapat aku percaya di tempat ini. Dia yang selalu menemaniku, selalu ada disaat aku desperate menghadapi tugas dan laporan yang tak pernah  mati, selalu mengubah tangisanku menjadi sebuah tawa yang bebas tanpa beban. Dia yang menjadi tempatku mengadukan segala masalah yang kuhadapi selama berada di tempat menyebalkan itu. Hanya dia dan hanya dia. 

Sebenarnya aku menyadari arti penting dari organisasi bahkan sosialisasi. Dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas aku memiliki banyak teman dan sahabat. Bahkan sewaktu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama tak ada yang tidak mengenalku,seorang siswa yang gemar mengikuti olympiade sains yang membuatku menjadi murid kesayangan guru mata pelajaran eksakta dan telah menjadi juara umum di sekolah berturut –turut. Tapi entah mengapa semenjak aku merantau ke negeri ini dan menimba ilmu dengan status sebagai mahasiswi, aku mulai menjauhi itu semua. Tak tahu sebab pastinya, aku hanya merasa kurang nyaman dengan lingkungan baruku, penghuninya, cara bergaul bahkan candaan mereka yang menurutku sama sekali tidak lucu dan terdengar garing. Sinis memang, tapi itu yang kurasakan.

***
 to be continue..

No comments:

Post a Comment