Wednesday, December 26, 2012

TITIK AWAL

Kala itu aku menatap langit senja yang rupawan, 
Pesona kemerahannya menghiasi selaput pelangi dimataku,
Aku memandang sekitar,
Kulihat para petani telah kembali dengan cangkul dipundak mereka,
Kanak-kanak yang tadi tengah bermain dengan riangnya telah kembali ke rumah mereka,
Itik-itik yang cantikpun telah berbaris menuju kandang mereka,
Dedaunan yang tadi bergerak karena semilir angin,kini telah diam tak bergeming,tak ada lagi angin yang mengusik mereka.
Semakin lama semakin hening.

Kosong. . . . .

Lalu aku tersadar, sejak tadi aku hanya duduk, berdiam diri, tanpa pekerjaan yang pasti, menatap keluar jendela dari tepian tempat tidurku, memikirkan hal-hal yang tidak penting dari sesuatu yang kulihat dari bingkai jendela ini.

Aku ini kenapa?
Disaat para bapak sibuk mengais logam kehidupan,
Aku sama sekali tak melakukan apapun,
Disaat kanak-kanak sibuk dengan dunia mereka,
Aku hanya terdiam disini, ditempat ini,
Disaat para itik sibuk dengan pekerjaan mereka,
Aku hanya termangu, memikirkan sesuatu yang sama sekali tak berarti,
Disaat filokalin sibuk dengan tugas mereka,
Aku hanya melamun, berkhayal memikirkan masa yang akan datang,
Disaat orang-orang sibuk berperang,
Aku hanya duduk manis menonton mereka, seperti sebuah pertunjukan,
Disaat orang-orang sibuk berlarian ketika badai menerjang,
Aku tetap disini diterpa badai nestapa.

Jangankan berlari, untuk berjalan, berdiri, dan merangkak pun aku tak bisa. 

Aku harus bangkit!!!
Aku tak mau mereka pergi meninggalkanku,
Semakin jauh..jauh..dan jauh...

Meskipun aku belum bisa berdiri tegap seperti mereka,
Tetapi aku akan mencoba untuk  sekedar bisa merangkak,

Walaupun aku belum bisa berjalan mantap seperti mereka,
Tetapi aku akan mencoba berdiri, bangkit dari tempat ini, dan berjalan seperti mereka,

Meskipun aku belum bisa berlari secepat mereka,
Aku akan mencoba berjalan perlahan dengan langkah yang pasti, dan tak ada satupun orang yang dapat menghentikan langkahku.

Walaupun aku telah berusaha sekuat tenaga, namun aku tak dapat seperti mereka,
Setidaknya aku telah ‘’MENCOBA’’ untuk bangkit dari tempatku saat ini.

Sebuah Tulisan Untuk Keluarga

Tanpa Mereka Aku Bukan Siapa-Siapa

Baru saja mendengar ’kata’ itu, sekelabut kalimat definisi langsung berterbangan di otakku, beberapa file yang tadinya tersimpan segera muncul ke permukaan.

Sebuah kata  yang mempunyai arti lebih dari sekedar bilangan imajiner, setidaknya untuk diriku dan mungkin juga untuk kalian.

Kata itu bisa disebut sebagai sebuah tempat. Tempat yang melindungi dirimu semenjak kau mulai menghembuskan napas ke dunia. Tempat yang merupakan sandaran ketika kau merasa tak mampu untuk dapat berdiri tegak menghadapi badai yang berhembus didekatmu. Sebuah tempat yang akan selalu menerimamu disaat yang lain mencampakkanmu.

Kata itu juga berarti sekumpulan orang yang memiliki hubungan interpersonal secara alamiah dengan dirimu. Mereka mengenalkanmu pada hidup dan arti kehidupan. Mereka menuntunmu untuk bertahan, mengajarkanmu untuk menjalani itu semua mulai dari kau tidak mengetahui apa-apa hingga kau tumbuh dewasa dan mengerti tentang semuanya. Mereka yang selalu mendampingimu. Mereka yang selalu ada untuk memotivasi dirimu agar kau tidak pernah jatuh dan terpuruk. Mereka yang akan selalu menjadi motivasi dirimu untuk bangkit ketika kau mulai tak sanggup menghadapi terpaan yang ada. Mereka yang sudah kodratnya menjadi naungan, pemberi rasa aman dan nyaman bila berada di tengah-tengah mereka meski terkadang harus sesekali terbentuk jurang pemisah namun tetap dapat disatukan karena ikatan yang terbentuk diantara kita.

Yah. Tempat itu, orang-orang itulah yang disebut dengan ‘Keluarga’. Tanpanya aku bukanlah siapa-siapa.

Kali ini aku hanya akan membahas tentang keluarga kecilku, yaitu ibu, ayah, adik dan aku.

Ibu, beliau adalah orang yang rela mengorbankan seluruh hidupnya hanya untuk memberi kesempatan kepadaku agar dapat mencicipi keindahan hidup didunia.

Ibu dengan senyuman malaikatnya.
Teringat ketika aku pulang kerumah membawa hasil ujian yang nilainya bisa dikatakan amat sangat tidak memuaskan yang membuat emosi ku memuncak hingga membenci diriku sendiri dan berkata betapa bodohnya aku, ibu hanya memberikan sebuah senyuman malaikatnya dan berkata "Ibu yakin kamu pasti bisa". Semua gundah yang kurasakan seketika hilang. Aku segera membalas senyuman malaikatnya dengan mata berkaca-kaca, dan berkata “Demi ibu, aku yakin aku pasti bisa”.

Ibu, dengan senyuman malaikatmu, kau tidak hanya meredam emosiku, menghapus kegelisahanku, namun kau juga menjadikan dirimu sebagai motivasi terbesarku untuk meraih impian agar aku bisa selalu melihat senyumanmu yang indah.   

Ibu, dengan sentuhan lembut dari tangannya.
Teringat ketika aku sakit, kala itu aku tidak ingin mendapatkan perawatan bahkan pengobatan medis sekalipun, dan mulai putus asa dengan penyakitku, lalu Ibu datang menghampiriku, duduk disamping tempat aku berbaring, membelai rambutku dengan lembut, mengecup keningku, entah kekuatan apa yang dihantarkan dari sentuhan tangannya pada saraf sensoriku, seketika aku merasakan kondisiku membaik, bahkan sangat baik. Setiap hari aku ingin merasakan sentuhan hangat dari tanganmu yang lembut. 

Ayah. Seseorang yang memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarganya.
Dengan wibawanya beliau membimbingku mulai dari aku lahir, belajar berjalan dan tidak boleh mengenal kata putus asa, hingga mengajarkanku hal-hal untuk menjadi lelaki sejati.

Meskipun cara ayah dan ibu dan menunjukkan kasih sayang mereka terhadap anak-anaknya berbeda, namun ayah dengan sikap tegasnya mempunyai rasa yang sangat tulus untuk menyayangi, melindungi anak-anaknya dari dekat ataupun jauh. Beliau akan memberikan segalanya hanya untuk melihat sebuah senyuman dan tawa riang dari anak-anaknya. Baginya kebahagiaan anaknya adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhinya, dan dia tidak akan pernah puas untuk melihat senyuman bahagia itu. Sebaliknya tangisan dari anaknya merupakan pukulan keras dan irisan tajam bagi mereka. Beliau hanya ingin mereka bahagia dan kelak dapat melebihi dirinya dimasa yang akan datang.

Adik...
Ketika dirimu baru dilahirkan, aku melihat sesosok makhluk kecil tengah terbaring dan tertidur nyenyak di keranjang bayi. Kala itu yang ada dipikiranku hanyalah ‘’betapa kecil, imut, dan lucunya makhluk ini”.
Hingga kau mulai tumbuh menjadi balita dan berjalan dengan kedua kaki mungilmu. Teringat saat masa-masa kecil itu kita bermain bersama, dan aku selalu berusaha untuk melindungi dari sesuatu apapun yang dapat membuatmu menangis. Namun sesekali aku jugalah yang membuatmu menangis. Percayalah itu bukan suatu keisengan semata, tapi merupakan bentuk lain dari wujud rasa sayangku padamu.

Kini kau telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan menarik. Sebagai kakak laki-lakimu aku berkewajiban menjaga dan melindungimu dari apapun yang dapat merusak kebahagiaanmu. Namun kini aku tidak berada di dekatmu, tidak dapat menjagamu dari dekat, karena aku tengah mengejar impianku di negeri orang. Ketika aku jauh, kau seolah-olah tidak pernah merindukanku, kakak laki-lakimu. Tapi ketika aku pulang kerumah kau selalu ingin berada didekatku, tak ingin sedetikpun waktu terbuang sia-sia denganku. Meskipun aku jauh di perantauan, tapi aku akan selalu mengawasi dan melindungimu dari jauh. Itu janjiku.
Keluargaku, kini aku tidak berada ditengah-tengah kalian, demi meraih cita-citaku untuk masa depan yang lebih baik, tapi percayalah aku benar-benar merindukan kalian. Merindukan kehangatan ketika berada didekat kalian, merindukan kasih sayang yang tulus dari kalian, merindukan semua kenangan yang telah tersimpan erat didalam ingatanku dan berjanji akan melakukan yang terbaik agar kalian bangga terhadapku.

Monday, December 24, 2012

Sebuah Tulisan Untuk Mama


Love You Mom :")

Tulisan ini ditulis pada Selasa , 22 Desember 2009 at 15:40  
 
Mama..
Dirimu selalu ada disaat air mata ini terjatuh
Tidak seperti teman yang hanya ada disaat tawa ini tercipta
Tidak seperti kekasih yang hanya ada disaat cinta bergelora
Tidak seperti sahabat yang selalu ingin dimengerti

Mama..
Memang terkadang kasihmu tak langsung kau perlihatkan padaku
Atau aku yang seringkali tak menyadari arti perhatianmu

Diri ini juga tak pernah menyangkal pernah merasa amat kesal padamu
Maafkan aku mama..
Aku tau itu salah..
Itu dosa..
Tapi engkau sama sekali tak pernah dendam padaku

"I LOVE U”

Mungkin kata-kata ini lebih sering aku ucapkan pada kekasihku
Sangat jarang mengatakannya padamu, bahkan bisa dikatakan tidak pernah
Sejak aku lahir hingga aku berumur 16 saat ini.

Tapi ketahuilah, bahwa Mama adalah cinta sejatiku
Mama adalah satu-satunya orang yang tak pernah meninggalkanku
Tidak seperti pacar yang dapat seenaknya memutuskan hubungan denganku
Tidak seperti teman yang dapat pergi kapan saja dari ku

Aku sayang mama
Engkau  pernah berkata bahwa dirimu juga akan sakit bila aku merasakan sakit
Air mata ini tak dapat dihentikan ketika mendengarnya

Teringat kala itu aku terbaring di tempat tidur, tak ada yang bisa ku lakukan karena kepala ini terasa begitu berat
Dan tidak ada yang tau apa yang tengan aku rasakan saat itu

Lalu kau datang, memegang kepalaku, mengelus rambutku
Seolah kau tau apa yang aku rasakan
Sentuhanmu membuat beban yang begitu berat seketika hilang dariku
Kau tarik selimutku agar aku tak lagi merasakan dingin yang menusuk

Mama..
Hanya dirimulah yang ada disaat aku seperti itu, bukan teman, bukan sahabat, apalagi pacar
Hanya mama

Walaupun hingga detik ini aku belum mengucapkan ”Selamat Hari Ibu”
Tapi aku berjanji, setelah menyelesaikan tulisan ini aku akan mengatakannya
Meskipun hanya lewat pesan singkat
Karena aku belum terbiasa mengatakan hal itu secara langsung padamu
 
AKU SAYANG MAMA
I LOVE U MOM..

Sejak saat itu, demi apapun aku tak pernah lupa mengucapkan ‘Selamat Hari Ibu” pada wanita terhebat yang telah melahirkanku ke dunia yang indah ini.

Biru Itu Kita

Pertama kali ngeblog langsung disuruh bikin postingan pertama emang susah, apalagi dipaksa ama pacar yang bawelnya nggak ketulungan. Udah nggak ada ide ,dipaksa nulis, perut laper, air galon di kosan habis , dompet makin tipis, eh malah curhat gini :p .

Intinya, sebuah kisah  berasal dari Negeri Cakrawala. Dimana dua insan, layaknya adam dan hawa dipertemukan diatas hamparan padang pasir yang luas. Kisah klasik mengalir seiring jarum jam yang berputar. Detik demi detik seolah berlalu lebih lama dari biasa. Alunan indah menemani untaian cerita yang tak lekang oleh waktu,bagai kisah seorang putri kerajaan yang mendambakan kedatangan seorang pangeran berkuda. Hingga akhirnya kemunculan sang pangeran memulai awal dari segala kisah yang tercipta.

Gitu tuh intinya, gue juga nggak ngerti sih artinya. Itu tuh yang bikin pacar gue, tulisannya rada ribet gitu ya. Kalau ada yang nggak ngerti boleh langsung acungin tangan. Gue aja yang udah jadian ama dia bertahun-tahun masih susah baca tulisan tangannya sendiri. Emang ya pujangga itu nggak semua tulisannya bisa dimengerti oleh rakyat jelata macam gue. Huft..

Daripada makin banyak yang nggak ngerti,mending langsung gue terjemahkan aja maksud dari tulisan yang dia bikin. Jadi gini,kisah pertama yang dimaksud adalah awal mula gue ketemu sama doi, atau sebaliknya doi ketemu sama gue. Sama aja sih yah. Ya udah gue cerita dari sudut pandang gue aja. Kisah ini bisa dikatakan kisah tergeje dalam hidup gue. Itu lagi "Negeri Cakrawala" . Yaela bahasanya lebay amat. Sebenernya itu cuma toko buku cuy, toko buku. Sekali lagi gue tegasin to-ko-bu-ku. Tapi bener juga sih buku kan jendela dunia, bisa membuka cakrawala, boleh lah ya dibilang Negeri Cakrawala. Lah? kenapa gue jadi setuju gini, dasar ababil. Antara gue dan dia sering banget nggak nyambung alias misscom. Contohnya ya tadi, dia orangnya serius banget, sedangkan gue tetep keren plus ganteng. Apadeh.

Karena terlalu banyak kesalahpahaman dan ketidakcocokan diantara kita, makanya blog ini tercipta. Isinya? Pokoknya baca aja deh, semua yang ada di blog ini unyu dari kita berdua kok. Jangan banyak tanya lagi. Talk less, Read more!

Sekian dulu kata pengantar dari kita berdua, terserah lu pada mau nentuin paragraf mana yang gue bikin atau yang dibikin sama cewe gue. Yang pasti Mr. dan Mrs. Pingu  adalah gue dan doi atau doi dan gue yang nulis, jangan heran kalo nanti isinya rada ngaco ato punya dua kepribadian gitu. Selamat menikmati :D